|
Pemandangan awal2 tracking |
Untuk kali ketiga, setelah Prau
dan Lawu, gue mencoba naik gunung kembali.. Kali ini gue mencoba trek yang kata
orang memiliki tingkat kesulitan yang relatif lebih ringan yaitu Gunung
Papandayan. Gue berangkat tanggal 19-20 September 2015. Gunung Papandayan terletak di Provinsi Jawa Barat,tepatnya di Kabupaten Garut, Kecamatan Cisurupan
dengan memiliki ketinggian 2.665 Mdpl.
Kali ini gue ikut bersama Open
Trip Jakarta Traveler. Jakarta traveler merupakan kumpulan sebuah komunitas
dimana mereka memiliki kesamaan hobi, yaitu traveling. Open trip Gunung
Papandayan merupakan open trip pertama mereka, dimana didalamnya terdapat
kurang lebih 40-50 orang yang ikut termasuk gue sendiri.
|
Menuju Kawah Papandayan |
Gue berangkat dengan teman-teman
dari Bogor berjumlah 4 orang (termasuk gue). Teman-teman seperjuangan gue
adalah Pei (Yang selalu together naik dari Prau dan Lawu), Hendry (Temennya
Pei), dan Elisa(Temen Gue). Hendry dan Elisa adalah orang baru yang baru
pertama kali naik gunung. Gunung Papandayan memang merupakan gunung yang
recomended bagi kalangan pemula.
Perjalanan dimulai dengan Meeting
Point di daerah Slipi sekitar Pk 21.00. Namun, ya namanya juga Indonesia,
dengan budaya ngaretnya, jadi ya baru berangkat sekitar Pk 23.00. Perjalanan
kurang lebih sekitar 8 jam, akhirnya sampai di Camp David yang merupakan awal
sebuah perjuangan mendaki gunung. Sekitar 1 jam waktu untuk repacking dan
segala macam kita pun siap untuk tracking. Plan kita adalah camp di Pondok
Salada.
Perjalanan kitapun begitu santai.
Dengan banyaknya pemula disini yang baru pertama kali naik gunung, perjalanan
kita kebanyakan istirahatnya. Namanya juga naik gunung, jadi kita harus
sama-sama menuju tujuan yang sama. Mayoritas treknyapun landai meskipun ada
pula yang naik. Dengan kebanyakan istirahat, kamipun bisa mencapai Pondok
Salada dengan waktu sekitar 4 jam lebih. Sesampai disana, kita pun mendirikan
tenda, dan mempersiapkan makan siang. Setelah semuanya selesai, tidur sebentar
sebelum sore kita lanjut ke Hutan Mati.
|
Kawah Papandayan |
Perjalanan ke Hutan Matipun
landai, tidak terlalu capek. Apalagi sore hari yang matahari tidak percis
diatas kita. Hutan Mati memang memiliki magnet tersendiri disini. Gue cukup
menikmati disini dan mengcapture beberapa foto. Disini bersama 3 orang temen
gue, kita narsis2an dengan gear Camera punya gue seperti biasa. Cukup banyak
foto yang terambil disini. Waktu tidak terasa sudah sore, namun spot sunset
tidak didapat disini sehingga ada yang kurang dari perjalanan naik gunung kali
ini.
|
Camp di Pondok Salada |
Sesampai balik dari Hutan Mati,
kami kembali ke camp. Disana gue ganti baju,celana,dll untuk ngecamp. Diusahakan
perlengkapan untuk ngecamp adalah baru yang tidak kita pakai saat tracking.
Saat malam, panitia membuat Api Unggun dan membuat acara ramah tamah dan
perkenalan. Disaat itu juga merupakan kesempatan buat panita Jakarta Traveler
menjelaskan tentang “Apa sih Jakarta Traveler itu”. Dari sekian banyak yang
dijelaskan, gue bisa menarik kesimpulan kalau Komunitas ini memiliki visi dan
misi yang terstruktur dengan baik. Berbeda dengan komunitas dan open trip yang
lain, yang sangat mementingkan kebutuhan ekonomi, disini yang bisa gue ambil adalah
kebersamaannya. Diluar ini mereka memiliki kebersamaan yang tidak hanya dalam
dunia traveling saja, melainkan bisa didunia musik,olahraga,dsb. Merekapun
(Panitia) mengajak kita untuk ikut andil dalam mengembangkan komunitas ini.
|
Hutan Mati |
Waktu tidur disini cukup baik
dibandingkan dengan naik 2 gunung terdahulu. Dinginnya pun masih dibawah 2
gunung tersebut. Besok paginya, dikarenakan spot Sunrise tidak boleh dilewati
karena masih adanya kebakaran, kamipun berangkat dari Camp agak siangan. Tempat
yang kita tuju disana adalah Hutan Mati lalu naik ke Tegal Alun. Perjalanan ke
Hutan Mati seperti kemarin, sama landainya. Namun, setelah itu gue agak kaget
sama treknya. Trek naik menuju tegal alun itu cukup curam dengan membentuk
sudut 45 derajat. Gue yg cowo aja agak ribet, gimana yg cewe yang baru pertama
naik gunung. Disini gue bawa kamera + tripod, jadi makin ngeribetin aja dah.
Yang cewe karena agak ribet buat naiknya, jadi yang cowo yang diatas ngasih
tali ke bawah, sehingga yang cowo menarik yang dibawahnya (cewe).
|
Tegal Alun (Sebagian Terbakar) |
Sesampainya di atas gue masih
tracking lg menuju Tegal Alun. Namun dipersimpangan jalan kita salah ambil
jalan. Alhasil kita nyasar, meskipun kita pun menemukan Tegal Alun Kw1 dengan
banyaknya edelweis juga.
Setelah itu,kami melanjutkan
jalan menuju Tegal Alun ORI dan menemukan lahan yang jauh lebih luas. Disanapun
kita bisa menemukan sebagian dari Tegal Alun yang sudah terbakar. Tempat yang
sudah terbakar ini masih agak jauh dari kita awal pertama kali sampai, jadi
tidak akan ada masalah.
Setelah puas poto-poto di Tegal
Alun, kami kembali ke camp dengan melewati trek Hutan Mati. Pas turun kita
melewati trek yang berbeda dengan saat awal naik ksini. Trek yang lebih landai,
tidak securam 45 derajat seperti pada saat naik.
Sesampai di Camp agak siang,
setelah itu kita beres-beres, mandi,repacking,dsb. Perjalanan turunpun setengah
waktu lebih cepat saat naik dengan memakan waktu hanya 2 jam. Dan pada akhirnya
sampai kembali di Camp David sekitar Pk 15.30. Sesampainya di Camp David,
beres-beres dan akhirnya pulang kembali ke Jakarta. Perjalanan sampai di
Jakarta sekitar Pk 23.00 dan kami turun di UKI dan melanjutkan kembali menuju
Bogor dengan menggunakan Taxi. Sampai di Bogor sekitar jam 1 pagi dan 4 jam
kemudian sudah harus siap-siap bekerja seperti biasa.
Liburan, petualangan yang singkat
tapi cukup untuk menuntaskan rindu dengan pemandangan gunung yang memang lain
daripada yang lain.